Just another free Blogger theme

Iklan

Diberdayakan oleh Blogger.

Video Terpopuler

Artikel Pilihan

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Iklan

Iklan

Iklan

Artikel Pilihan

Bolasport

Populer Tahun ini

Populer Minggu ini

Populer Bulan ini

Mengenai Saya

Foto saya
Peduli, Berbudaya & Kreatif

detikcom Blogger Template

detikcom Blogger Template
detikcom Blogger Template

Notification

Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Selasa, 20 Agustus 2024
















MEDIA KAILIMeniup Lalove dari hidung merupakan cara unik yang melekat pada masyarakat Suku Unde dari pegunungan Kamalisi Kabupaten Donggala.

Di sana sejak 300 tahun lalu menggunakan instrumen ini sebagai alat untuk menjaga hubungan manusia dengan alam khususnya tanaman padi di ladang.

Hal itu disampaikan Hajir selaku pelatih dan pelaku peniup lalove dari hidung pada pelaksanaan pelatihan pembuatan lalove dan meniup dari hidung yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XVIII Sulteng - Sulbar, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 1 hingga 3 September 2023 dan dilaksanakan didua tempat yaitu di posyandu Dusun III dan di SD satu atap di Desa Povelua Kecamatan Banawa Tengah Kabupaten Donggala.

Pelaksana Program Smiet Lalove, mengatakan, kegiatan itu merupakan program bantuan dana fasilitasi kebudaayan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut ia awalnya mengusulkan programnya ke kementerian dengan harapan akan ada tanggapan serius dari pemerintah akan pentingnya upaya penyelamatan lalove ditiup dari hidung.

Smiet menjelaskan, pelatihan ini dibuat seperti layaknya penampilan di pentas seni dan dilakukan pada malam hari agar pesertanya merasa percaya diri.

“Kami seting seperti seni pertunjukan agar mereka merasakan bagaimana rasanya tampil di depan umum, dan dengan kesederhaan mereka.mampu memukau penonton walaupun hanya masyarakat desa Povelua,” terangnya.

Ia menuturkan lalove salah satu intrumen yang terbuat dari bambu vo dan hanya terdapat di puncak gunung.

“Suaranya akan nyaring dapat terdengar antar lembah dan sekitar gunung, seperti itu kondisi yang mereka ceritakan dan bahkan saat musim padi menguning di gunung suara itu layaknya seperti konser Lalove di alam,” tuturnya.

Smiet menambahkan, salah satu alat musik tertua di dunia dan terunik ini memiliki 3 lobang nada, 2 di bawah satu di atas cara memainkan dan meniupnya pun sangat sulit butuh dan keterampilan khusus.

“Meniup lalove dari hidung tidak sekedar unik namun sakral bagi Petani di pegunungan Kamalisi Suku Unde, salah satunya Puntana bagian dari Povelua, tempat tertinggi tempat ladang petani,” ujarnya.

Di tempat yang sama Hajir menuturkan bahwa nenek mereka sampai ke bapaknya menggunakan Lalove sebagai komunikasi penting yang bernilai sakral untuk menghormati alam.

“Saat kami berada di ladang pertanian, kami tidak boleh berbicara dengan bahasa sehari hari, walaupun dengan bahasa asli suku Unde, jika itu dilakukan maka dengan sendirinya panen akan kurang maksimal, dan bahkan gagal. Kami hanya boleh meniup lalove sebagai ungkapkan kesyukuran dan kekaguman kami pada Padi yang tumbuh berbulir bagus,” tuturnya.

Selain itu, menurut Aulia (73) salah satu asisten pelatih mengatakan saat ini hasil pertanian mereka tidak seperti dulu lagi. Ia mengungkapkan hingga hari ini pertanian di ladang sudah jarang melakukan tradisi tua ini, dan pegunungan sepi dari bunyi lalove.

“Sudah kurang bagus hasil padi kami sekarang ini bahkan sering gagal karena banyak hama dan kami rugi waktu serta tenaga, dengan adanya pelatihan ini kami merasa ada sesuatu yang hilang dari tradisi kami dulu, salah satunya instrumen lalove ini tidak lagi jadi bagian dari kehidupan petani, dahulu setiap.masuk musim panen, seluruh ladang berbunyi bahkan hingga malam hari,” ujarnya.

Ia menambahkan, selaku penerus tradisi, Aulia berterimakasih pada pemerintah yang sudah memberikan kesempatan dan mengingatkan mereka akan pentingnya menghidupkan kembali budaya luhur ini.

“Dari pelatihan ini kami akan melatih murid SMP dan SD di Povelua agar lalove dari hidung jadi instrument musik andalan mereka dan bagi generasi Povelua bangga dan bisa mewariskan budayanya. Kami akan berusaha mengajarkan anak kami sampai bisa memainkan dan membuat agar kelak mereka melanjutkan tradisi kami, sebab berhubungan erat dengan sumber hidup kami di ladang, selain itu lalove ini juga dapat mengobati perasaan orang yang sakit, dan banyak lagu atau sayair yang dapat dimainkan dan syairnyapun berceritra tentang masalalu yang romantis, bahkan sakral,” ungkapnya.

Salah satu peserta menyatakan mereka terharu setelah pelatihan ini mereka merasa percaya diri dan bangga bahwa memiliki kebudayan yang mungkin satu satunya di dunia.



Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com